Selasa, 26 Juni 2012


         MAGETAN KUMANDANG WISATA RELIGI

“MAMOTS”
(MAGETAN MUJAHADAH ON THE SPOT)

Menguak kembali peradaban dan penyebaran Islam di Magetan Selatan
Yang di penuhi rasa perjuangan dan keikhlasan
Dengan ketabahan memikul amanah besar
Membangun ajaran Tauhid (Islam) di atas tanah terjal di tengah hutan jati
Mengharap Ridho ALLAH………dan Ma’rifatullah!!

Masjid Kuno “At Taqwa” Godekan  Ds.Tamanarum Kec.Parang – Kab.Magetan
(Situs Sejarah Purbakala Nasional)
(Pintu gerbang Masjid Kuno"At-Taqwa")

v  Sejarah Singkat
Bermula dari kejayaan kerajaan Mataram Islam yang menguasai hampir separuh nusantara. Ikut melakukan berjuangan melawan penjajah Belanda dan berperan sebagai pusat penyebaran Islam khususnya di tanah Jawa pada abad 17 dan nusantara pada umumya. Pada akhir abad 17 dikirimlah para utusan dan para santri untuk hijrah di sebuah wilayah sebelah timur Gunung Lawu untuk berdakwah menyebarkan ajaran Islam. Kemudian dari situlah dakwah Islam mulai menyebar ke wilayah selatan Magetan. Kyai Imam Nawawi adalah salah satu orang yang diberi amanah untuk babat (Memulai) di perkampungan sebelah selatan di tengah-tengah lebatnya Hutan Jati pada permulaan tahun 1800 an.
Serambi Masjid At Taqwa
 Tentang dari mana beliau berasal dan dari keturunan siapa beliau dilahirkan kurang begitu jelas. Menurut keterangan dari bapak Kyai Hamid (Imam Masjid sekarang), semua Kyai masjid ini mempunyai ikatan keluarga dari keturunan Jurangmangu Magetan yang berasal dari Mataram. Ketidakjelasan perjalanan sejarah Kyai Imam Nawawi ini di sebabkan oleh adanya terputusnya mata rantai keturunan dan sikap apatisnya masyarakat terhadap situs budaya serta penghargaan terhadap jasa para leluhur yang telah menyebarkan Islam di wilayah selatan magetan pada umumnya. Selain itu juga tidak didukung oleh adanya data kongkret dan bukti sejarah yang menulis tentang keberadaan beliau pada masa itu.


Kulah Masjid At Taqwa
Namun dibalik kesamaran identitas beliau, Selain membangun Masjid sebagai pusat penyebaran Islam Kyai H. Imam Nawawi juga telah menulis beberapa karya tulis yaitu beberapa Kitab Kuno yang berasal dari tulisan tangan beliau sendiri dengan menggunakan huruf Arab pegon. Serta karya terakhir berupa Kitab Suci Al Qur’an yang beliau tulis sendiri dan selesai pada tahun 1247 H atau 1826 M. Sayangnya beberapa Kitab Kuno dan Kitab Suci Al Qur’an tulisan tangan itu kurang terawat dengan baik serta banyak lembaran diantaranya sudah lapuk dimakan usia. Peninggalan yang lain yaitu 4 lusin piring buatan Cina yang tersimpan dalam almari kuno yang terbuat dari jati tua peninggalan Kyai Sulaiman, menurut keterangan piring-piring tersebut digunakan Kyai untuk menjamu jama’ah pada saat merayakan Hari Besar Islam.
Sebagai generasi muda yang peduli terhadap karya dan jasa para Ulama’ yang telah menyebarkan ajaran Islam di Kabupaten Magetan, sudah sepantasnya kita merawat dan mempelajari karya beliau untuk bekal peningkatan keimanan dan ketaqwaan generasi muda saat ini. Dengan semangat Magetan Kumandang Wisata Religi mari kita kenalkan dan kita promosikan lewat media Blog ini kepada masyarakat luas bahwa magetan mempunyai sejarah emas tentang kejayaan Islam masa lalu yang patut kita bangun kembali.

v  Profil Masjid
Sumur Tua Masjid At Taqwa
Secara Arkeologis diperkirakan Masjid Kuno “At Taqwa” Godekan dibangun sekitar awal abad 18 M. Menurut Kyai Hamid, masjid ini berdiri pada tahun 1850 M dan saat ini beliau sendiri terhitung sebagai  Kyai generasi ke IV. Bangunan masjid sebagian besar berasal dari papan kayu bahkan atap masjid juga berasal dari kayu. Luas area masjid sekitar 20 meter persegi sedangkan luas bangunan masjid seluas 8 x 10 meter. Didepan halaman masjid sebelah utara terdapat Sumur tua yang saat ini dalam kondisi tertutup, meski terkadang ada peziarah yang meminta izin untuk mengambil air dan mengkonsumsinya. Selain itu di sebelah sisi utara Masjid terdapat Kulah atau kolam yang pada zaman dahulu digunakan sebagai tempat wudhlu jama’ah putra dan Kulah atau kolam sebelah selatan yang saat ini dalam kondisi rusak digunakan oleh jama’ah putri. Ciri khas dari masjid ini juga tampak pada pohon sawo yang sudah berusia kurang lebih 100 tahun hidup di sekitar Masjid, saat ini tinggal dua pohon yang tersisa di halaman depan masjid. Menurut beberapa pakar sejarah Pohon Sawo melambangkan kerabat Mataram atau sebagai simbol dari murid-murid KI Ageng Pengging.
 
Pilar Utama Masjid At Taqwa
Bangunan inti Masjid sendiri ditopang oleh empat buah tiang yang diatasnya terdapat khas ukiran mataraman dengan ciri ukiran bunga melati pada pilar di tengah-tengah empat tiang utama berdiri. Di atas pilar terdapat atap masjid berbentuk limas khas ornament jawa yang terbuat dari kayu dan sampai saat ini masih utuh. Pada serambi masjid ditopang oleh empat tiang yang merupakan bangunan tambahan atau hasil renovasi. Di dalamnya kita temui ciri khas masjid jawa yaitu Bedhug (alat pukul penanda masuk waktu shalat) dan sebuah almari yang menyimpan beberapa Kitab Kuno hasil karya Kyai H. Imam Nawawi serta tiga rak buku perpustakaan masjid. Di depan serambi juga kita temui dua buah Pot yang di tanami Bunga Kantil menambah nuansa eksotis masjid ini. Bunga Kantil di tanam dengan maksud bahwa agar seluruh aktifitas ibadah dapat membawa hikmah dan manfaat bagi semua jama’ah dimanapun mereka berada (Kumantil neng ati lan pikiran).

v  Kegiatan Keagamaan
Rutinitas jama’ah sholat lima waktu sangat terjaga di masjid sebagai ibadah utama. Agenda rutin lainya adalah Ta’lim yang dilakukan secara bergantian setelah Jama’ah Sholat Shubuh dan Maghrib. Kegiatan Musyawarah mingguan juga dilakukan oleh beberapa jama’ah setiap malam Rabu, selain musyawarah bulanan warga sekitar Masjid. Kegiatan ritual mujahadah juga diadakan setiap malam Jum’at jam 24.00 WIB,  khusus pada malam Jum’at legi ritual mujahadah dilaksanakan ba'da Jama’ah Sholat Isya’. Selain itu Ta'mir Masjid At Taqwa juga memanfaatkannya sebagai tempat utama dalam Peringatan Hari Besar Islam.

Lokasi Makam Kyai H. Imam Nawawi 
(Pendiri Masjid Kuno At Taqwa)
Makam Kyai Imam Nawawi (paling kiri)
 Makam Kyai H. Imam Nawawi terletak di sebelah selatan Masjid kurang lebih sekitar 150 meter. Apabila ingin berziarah, dari masjid menuju makam menempuh waktu hanya 5 menit. Makam Kuno ini dinamakan Makam Inggil (makam tinggi) karena area Makam Kyai H. Imam Nawawi  terbangun lebih tinggi daripada makam-makam yang lain. Namun sangat disayangkan kondisi Cungkup atau makam Kyai Imam Nawawi kurang terawat dengan baik dan sangat jarang  peziarah Lokal atau luar kota yang mengunjunginya. Padahal beliau adalah orang besar yang telah memperkenalkan ajaran Tauhid “Dinul Islam”di sekitar Kecamatan Parang dan wilayah Magetan Selatan pada umumnya.

Silsilah Imam Masjid Kuno Godekan:
a. Kyai H. Imam Nawawi (Pendiri pertama / Generasi I)
b. Kyai H. Sulaiman (Keponakan Kyai H Imam Nawawi / Generasi II)
c. Kyai Imam Mughni (Keponakan Kyai Sulaiman / Generasi III)
d. Kyai Hamid (Anak dari Kyai Imam Mughni / Generasi ke IV)
 
Makam Inggil
Sudah selayaknya selaku generasi muda yang beriman dan bertaqwa mengambil Ibrah (pelajaran) dan suri tauladan yang telah di contohkan baginda Rasulullah SAW dan para Ulama yang Mukhlis seperti halnya Kyai H. Imam Nawawi sebagai bekal hidup dunia dan akherat….Amin! Dan jangan lupa sebagai rasa terima kasih atas jasa beliau marilah dengan hati terbuka selalu kita panjatkan do’a dan hidiyah Fatehah kepada beliau dan semua ulama yang telah berjasa mensyi’arkan Islam semoga semua dosa-dosanya di Ampuni ALLAH dan di berikan kenikmatan di sisi NYA…..Amin.           AL Fatihah…!!!



MAGETAN KUMANDANG HIJAU DAN RINDANG

PARANG MOUNTAINERING SPORTS

(JELAJAH ALAM BUKIT BUNGKUK DAN GUNUNG MBLEGO)

Bungkuk Hill
Parang adalah kecamatan yang secara Administratif terletak di sebelah selatan jantung pemerintahan Kabupaten Magetan yang langsung berbatasan dengan Kabupaten Ponorogo dan Kabupaten Wonogiri. Secara Geografis Kecamatan Parang merupakan rangkaian perbukitan yang di mulai dari Gunung Lawu membujur ke arah tenggara. Melalui pengamatan Demografis, pada umumnya masyarakat yang berdiam pada area perbukitan ini hidup dari hasil perkebunan dan pertanian tadah hujan. Selain itu Kecamatan Parang juga mempunyai catatan sejarah penting bagi perjalanan pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia mulai dari penjajahan Belanda sampai berkumandangnya pekik kemerdekaan di bumi Magetan.
    
Jalur Barat Pendakian Bungku Hill
Yang menarik dari Kecamatan Parang sebagai wilayah paling ujung selatan Kabupaten Magetan adalah kondisi alam yang menyimpan keindahan daya pesona perbukitan dan panorama pegunungan yang unik. Sehingga sangat pantas apabila kita mencoba menjelajahinya dengan media Mountanering Sports (Olah raga Panjat Gunung / Jelajah Alam) untuk menikmati keunikan panorama perbukitan Parang. Bagi anda yang tertantang dan tertarik dengan medan Track Bukit Bungkuk – Gunung Mblego, segera…….. angkat ransel dan kunjungilah kami!!

   Menyambut Mentari Pagi Di Bukit Bungkuk

Jalur Timur Pendakian (Bajang Street)
Sendang Corner Track

A.   PROFIL
Area membentang di empat penjuru desa yaitu Desa Bungkuk, Desa Mategal, Desa Nglopang dan Desa Trosono Kecamatan Parang, Kabupaten Magetan. Dengan luas kurang lebih 1.750m2 dan ketinggian kurang lebih 225 m, menyambut kehadiran anda dengan medan landai dan menanjak dengan kemiringan 450. Dengan nuansa perkebunan dan alam pedesaan Bukit Bungkuk dapat menemani anda menyambut mentari pagi dengan secangkir kopi panas yang nikmat. Bagi para pendaki pemula atau para pelajar bukit ini sangat bersahabat dengan anda ….. !! 
    di kawasan puncak gunung bungkuk di sebelah barat ada petilasan di atas sebuah batu yang terlihat seperti injakan kaki yang sangat besar, menurut warga sekitar dan menjadi mitos secara umum yang biasa di sebut tapak bimo. meskipun hanya legenda atau mitos dengan tingkat kebenaran yang di pertahankan namun itu menjadi daya tarik tersendiri dan juga keingintahuan bagi para pendaki
B.   TRACK JALUR PENDAKIAN


Menikmati Panorama Sunshet Di Gunung Mblego
Pemandangan dari Puncak Blego
Blego Mountain


A.   PROFIL
Gunung ini membentang lebih luas daripada Bukit Mblego, dengan luas sekitar 4.200mdan ketinggian sekitar 1000m Gunung ini nampak gagah berdiri sebagai raja dari perbukitan di sekitar wilayah selatan Kabupaten Magetan. Di mulai dari jalur akhir perjalanan sebelah barat Track Bukit Bungkuk di Desa Trosono, anda akan di samput dengan tanjakan ringan di Desa Trosono dengan kemiringan 200 s/d 300  sepanjang 1 km perjalanan.Setelah itu memasuki track kedua dengan kemiringan 450 sepanjang 250 m dan dilanjutkan dengan tanjakan ringan sepanjang 100 m anda sudah dapat menikmati Cekungan di sisi selatan Puncak Mblego yang mirip mangkuk.

Easy Track
Konon, menurut cerita masyarakat cekungan itu adalah bakal telaga yang di buat oleh seorang Wali yang batal dalam membuatnya. Menurut kisahnya, Wali itu membatalkan atau mengurungkan niatnya untuk membuat telaga dengan alasan bahwa telah mendengar seorang wanita yang memukul lesung sebagai tanda hari telah pagi. Namun begitu mengetahui bahwa hari masih malam dan Wali itu terlanjur membatalkan pekerjaannya, maka ia meninggalkannya. Sehingga penduduk setempat menamainya Telaga Wurung (Telaga Batal / Batal menjadi Telaga)

Death Lake/Kawah Blego
Setelah puas menikmati cekungan di sisi selatan puncak, anda bisa melanjutkan perjalanan ke arah utara menuju puncak dengan tanjakan 300 s/d 500 sepanjang 350 m. Sampailah anda di Puncak Mblego dengan pemandangan alami yang mempesona. Anda dapat melihat gagahnya Gunung Lawu berdiri di sisi barat Mblego dan gugusan perbukitan yang menghiasi di sekitarnya. Begitu petang tiba, anda dapat menikmati Sunshet (Matahari Terbenam) di Puncak Mblego dengan bakar jagung dan hangatnya segelas Teh Manis sambil menyapa datangnya semilir angin seakan melepas penat hidup kita hari ini. Bagi anda yang penasaran dengan Track ini, jangan ragu-ragu lagi….. buktikan bahwa anda adalah pemenang hari ini!!
B.   TRACK JALUR PENDAKIAN
Jalur timur arah puncak
Start Jalur Timur Desa Trosono